Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi reproduksi induk adalah manajemen penyapihan pedet. Manajemen penyapihan pedet diharapkan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi induk, yaitu dapat birahi lagi dan kawin kemudian bunting kembali sehingga dapat memperpendek days open (DO) dan calving interval (CI). Penyapihan merupakan proses pemisahan antara induk dan pedet dengan tujuan membatasi hingga menghentikan proses menyusu. Penyapihan pedet sapi potong di peternakan rakyat umumnya dilakukan antara umur 4-12 bulan. Perbaikan manajemen penyapihan pedet dan penyediaan gizi pakan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan efisiensi reproduksinya. Salah satu faktor penyebab panjangnya jarak beranak adalah rendahnya nutrisi dan penyusuan tanpa pembatasan.
Pedet pedet tersebut berkumpul dengan induknya selama 24 jam. Hal itu akan berpengaruh terhadap aktivitas ovarium pascaberanak maupun timbulnya anestrus post partus (APP). Penyusuan merangsang sekresi prolaktin (Luteotropic Hormone) oleh kelenjar susu. Kondisi prolaktin yang tinggi menyebabkan suasana progesteron meningkat sehingga estrogen menjadi rendah yang pada akhimya berpengaruh terhadap aktualisasi estrus. Terlambatnya estrus menyebabkan periode anoestrus post partus (APP) semakin panjang. Masa laktasi sapi induk akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi sehingga periode penyusuan pedet akan berdampak terhadap konsumsi pakan dan waktu penyapihan berhubungan dengan strategi suplementasi yang memengaruhi berat badan sapi dan kondisi selama masa kering. Secara berangsur kebutuhan nutrisi pascapartus akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi susu dan terjadinya proses pemulihan organ reproduksi. Pada umumnya, pemenuhan kebutuhan pakan pada masa laktasi lebih rendah dari kebutuhannya sehingga terjadi keseimbangan energi negatif. Secara fisiologis, induk dalam kondisi keseimbangan energi yang negatif akan menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal sehingga proses folikulogenesis, estrus, dan ovulasi menjadi terhambat karena nutrisi merupakan prekursor dan energi yang harus tersedia untuk menjamin kecukupan produksi hormon serta mengantarkan hormon menuju sel target.
Westhuizen et al., (2001) mengatakan bahwa penyapihan pedet yang lebih awal akan mempercepat kembalinya kondisi badan induk dan kembalinya sekresi hormon yang mendukung perkembangan ovarium sehingga akan memperpendek APP. Pemberian pakan tambahan pada pedet yang disapih dapat meningkatkan pertumbuhan meskipun sudah tidak mendapatkan air susu dari induknya dengan syarat pakan tambahan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi pedet. Masa laktasi sapi induk akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi, sehingga periode penyusuan pedet akan berdampak terhadap konsumsi pakan dan waktu penyapihan berhubungan dengan strategi suplementasi yang mempengaruhi berat badan sapi dan kondisi selama masa kering (Short et al.,1996)
Affandhy dkk. (2010) menyatakan bahwa penyapihan pedet yang lebih dini akan mempercepat pemulihan organ reproduksi induk sehingga aktivitas reproduksinya cepat kembali normal. Penyapihan pedet umur 12 minggu pada peternakan lahan kering menunjukkan tingkat anoestrus post partus (APP) dan calving interval lebih pendek dibandingkan dengan penyapihan pedet pada umur 16 minggu. Disarankan untuk penyapihan pedet di peternak pada umur 12 minggu (3 Bulan).
Sumber :
Affandhy, L., A. Rasyid dan N. H. Kreshna. 2010. Pengaruh Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong Terhadap Kinerja Reproduksi Induk Pascaberanak (studi kasus pada sapi induk PO di Usaha Ternak Rakyat Kabupaten Pati Jawa Tengah). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010, Pasuruan
Affandi L., W. Pratiwi, D. Pamungkas, D.B. Wijono, P.W. Prihadiri dan P. Situmorang. 2007. Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Efisiensi Reproduksi. Laporan Penelitian Loka Sapi Potong.
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4374:penyapihan-pedet-pada-peternakan-lahan-kering&catid=14:info-teknologi&Itemid=23
Short, R.E., E.E. Grings, M.D. MacNeil, R.K. Heitschmidt, M.R. Haferkamp, and D.C. Adams. 1996. Effect of Time of Weaning, Supplement, and Sire Breed of Calf During The Fall Grazing Period on Cow and Calf Performance. J. Anim. Sci. 74:1701-1710.
Westhuizen, R.R., S.J. Schoeman, G.F. Jordan and J.B. Van Wyk.2001. Genetic Parameters for Reaproductive Traits in A Beef Catlle Herd Estimated Using Multitraits Analysis. http://www.sasas.co.za/sajas.html (24 Sep 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar