Salah satu indikator yang sering digunakan dalam menentukan kemajuan suatu negara adalah dengan menggunakan indikator tingkat konsumsi daging. Dibandingkan negara-negara tetangga tingkat konsumsi daging di Indonesia masih rendah. Pada umumnya, peternakan sapi potong di Indonesia masih bersifat tradisional yang dilaksanakan oleh para petani sebagai bagian dari usaha taninya. Kendala yang dialami oleh para petani di dalam mengembangkan petemakannya adalah karena keterbatasan modal, keterampilan dan kurangnya pengetahuan tentang tata laksana pemeliharaan serta kepemilikan lahan yang sempit. Para peternak walaupun memiliki segala keterbatasan, peternakan sapi potong masih tetap eksis karena ternak ini memiliki fungsi yang utama yakni sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual.
Pembangunan sub-sektor peternakan harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, melalui pemanfaatan sumber daya lokal (atau yang dimiliki rakyat) serta dilaksanakan langsung oleh rakyat. Cara peningkatan sumber daya manusia peternak, pengembangan teknologi peternakan dan pengembangan kemampuan organisasi ekonomi peternak perlu juga dilakukan untuk menunjang pembangunan sub-sektor peternakan.
Kebutuhan daging sapi potong secara nasional setiap tahun terjadi peningkatan, akan membawa dampak negatif terhadap kemampuan produksi dan perkembangan populasinya. Kemampuan produksi daging sapi potong tahun 2006 mencapai 290,56 ribu ton, sementara kebutuhan daging sapi mencapai 410,9 ribu ton dengan tingkat konsumsi sebesar 1,84 kg / kapita / tahun atau mengalami defisit sebesar 29,3 %. Sedangkan pertumbuhan sapi potong pada tahun yang sama mencapai sebesar 1,22 % dari populasi yang diprediksikan sebesar 10,8 juta, belum mencukupi kebutuhan daging dengan tingkat defisit sebesar 1,6 juta ekor (14,5 %) dari populasi ideal 12,4 juta ekor (Affandi, dkk., 2007)
Perkembangan peternakan sapi potong di suatu daerah dipengaruhi oleh tiga faktor,
1. Faktor fisik
Faktor fisik di sini mencakup daya tampung, penyajian hijauan pakan, dan jumlah kepemilikan sapi potong
2. Faktor sosial
Faktor sosial terdiri dari pengaruh tenaga kerja peternak
3. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi meliputi nilai jual ternak, penerimaan, biaya, dan pendapatan peternak
Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi adalah teknik manajemen reproduksi yang kurang tepat, yakni:
1. Manajemen perkawinan yang kurang tepat.
2. Pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat.
3. Rendahnya kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan pada sistem kawin alam
4. Keterampiln mengawinkan ternak rendah.
5. Rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB serta pemanfaatan hormon rerpoduksi yang kurang optimal.
Pada pola perkawinan yang menggunakan pejantan alam, petani mengalami kesulitan memperoleh pejantan yang berkualitas, sehingga pedet yang dihasilkan mutunya rendah, bahkan berindikasi adanya perkawinan sedarah (inbreeding) terutama pada sistem penggembalaan yang banyak dilakukan oleh peternak di wilayah Indonesia bagian Timur.
Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya. Hal ini diindikasikan oleh terjadinya kawin berulang (repeat breeding) pada induk sapi potong di tingkat peternakan rakyat sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kebuntingan dan panjangnya jarak beranak. Diperlukan suatu cara atau teknik reproduksi yang tepat berdasar pada potensi atau kehidupan sosial masyarakat pedesaan, yakni teknik pengaturan perkawinan dengan kawin suntik/pejantan alami, pengamatan birahi setelah beranak, pemberian pakan yang cukup, pemanfaatan hormon reproduksi, manajemen penyapihan pedet yang tepat dan berkesinambungan.
Sumber:
Affandi L., W. Pratiwi, D. Pamungkas, D.B. Wijono, P.W. Prihadiri dan P. Situmorang. 2007. Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Efisiensi Reproduksi. Laporan Penelitian Loka Sapi Potong.
Dikman, D.M., L. Affandy, dan D. Ratnawati. 2010. Petunjuk Teknis Perbaikan Teknologi Reproduksi Sapi Potong Induk. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan: 1-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar