Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi di Indonesia selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat yang siap dipasarkan dengan bobo 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,2 - 0,4 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% - 50% dari berat tubuhnya (Ted dan Shipley, 2005).
Klasifikasi kambing Boer tersebut menurut Sutama dan Budiarsana (2009) ialah:
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Subordo : Ruminansia
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprini
Genus : Capra
Spesies : Capra aegragus
Kambing Boer dilaporkan sebagai salah satu ternak ruminansia kecil yang paling tangguh di dunia. Kambing Boer mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan baik dengan semua jenis iklim, dari daerah panas kering di Namibia, Afrika dan Australia sampai daerah bersalju di Eropa (Barry dan Godke, 1991). Ciri-ciri kambing Boer yaitu sebagai berikut : bulu tubuhnya berwarna putih, bulu pada bagian leher berwarna gelap, tanduknya melengkung ke belakang, badan kuat, gerakannya gesit, bentuk tubuhnya simetris dengan perdagingan yang dalam dan merata (American Boer Goat Association, 2001).
Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing tipe pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat yaitu 0,2—0,4 kg per hari dan bobot tubuh pada umur 5—6 bulan dapat mencapai 35—45 kg dan siap untuk dipasarkan. Presentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40%--50% dari berat badannya (Ted dan Shipley, 2005). Bobot tubuh kambing Boer jantan umur 8 bulan dapat mencapai 64 kg, umur 12 bulan 92 kg, sedangkan pada saat dewasa bobot tubuhnya dapat mencapai sekitar 114—116 kg. Pertumbuhan kambing Boer dapat mencapai 250 g/hari (Barry dan Godke, 1991)
Mulai tahun 1920-an, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kambing boer memalui pemuliabiakan terseleksi untuk produksi daging. Pola warna yang disukai adalah kepala dengan leher berwarna coklat, badan serta kaki berwarna putih dan kulit berpigmen pada bagian tubuh yang terpapar sebagai pelindung sengatan matahari. Tanduk menonjol dengan baik, telinga lebar dan menggantung. Kambing boer memiliki angka reproduksi tinggi yaitu 7% kembar tiga, 50% kembar dua dan menghasilkan susu dan kulit yang bermanfaat cukup baik (Devendra dan Burns, 1994). Penjantan kambing Boer mulai aktif kawin pada umur 7-8 bulan, dimana aktivitas seksual ini bisa dipertahankannya sehingga umur 7-8 tahun (Nurrohmawati, 2008).
Karakteristik kualitatif dan kuantitatif kambing Boer tersebut menurut Mahmilia dan Tarigan (2004), seperti pada Tabel 1
Daftar Pustaka
American Boer Goat Association. 2001. http://www.cometothefarm.com/link-pagestoats/Associations/
Barry, D.M. and R.A. Godke. 1991. The Boer Goat. The Potential for Cross. Symp. In: Goat Meat Production and Marketing. Oklahama. USA. 180-189.
Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Mahmilia, F Dan A. Tarigan. 2004. Karakteristik Morfologi Dan Performans Kambing Kacang, Kambing Boer Dan Persilangannya. Pros Lokakarya Nasional Kambing Potong. Bogor, Puslitbang Peternakan. Hlm. 209 – 212.
Sutama, I dan Budiarsana, IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ted dan Shipley. 2005.”Mengapa Harus Memelihara Kambing Boer, Daging Masa Depan”. http//www.indonesiaboergoad.com/ind/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar