Penyakit ayam merupakan kendala utama pada peternakan intensif dilingkungan tropis seperti di Indonesia, karena dapat menurukan produksi. Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat kematian ternaknya (Mutidjo, 1992). Oleh sebab itu, pengamanan dan menjauhkan ternak ayam dari sumber wabah dan hambatan potensial tersebut menjadi prioritas dan perhatian khusus. Pemilihan indukan yang unggul, pengelolaan yang baik, sanitasi, peningkatan daya tahan ayam dengan vaksinasi dan usaha menjauhkan ternak ayam dari sumber penyakit adalah kunci sukses dalam beternak ayam. Tetapi kurangnya informasi pengetahuan dan pemahaman dalam pengenalan suatu penyakit dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis dan pengobatan suatu penyakit pada ayam.
Salah satu penyakit pada unggas adalah penyakit Berak Kapur (Pullorum Disease). Pullorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas, terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur (Tabbu, 2000). Penyakit Berak Kapur (Pullorum Disease) biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat local dan kronis pada ayam dewasa.
DESKRIPSI :
Penyakit ini banyak menyerang anak ayam. Terutama umur 1—10 hari. Kebanyakan yang kena lemah dan mati muda. Pada ayam dewasa tidak terlihat gejala - gejala sakit. Ayam yang sembuh menjadi pembawa sifat dan seumur hidupnya mengeluarkan bibit penyakit.
ETIOLOGI :
Salmonella pullorum
Bentuk batang, Gram negatif, non motil, tidak berspora, fakultatif aerob.
GEJALA:
1. Anak ayam : Nafsu makan berkurang. Kotoran encer berwarna putih berlendir dan banyak melekat pada daerah anus. Ayam terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat hangat. Sayap tampak kusut dan menggantung, jengger pucat dan berkerut berwarna keabu-abuan.
2. Ayam dewasa : Menurunnya kesuburan dan daya tetas, depresi, anemia dan kotoran encer warna kuning.
CARA PENULARAN :
Secara kongenital/vertikal : dari induk ke anak, saat telur di ovarium, oviduk atau kloaka.
Secara horisontal :
1. oral, melalui pakan, air minum dan litter yg terkontaminasi.
2. aerogen/udara pernapasan: dalam mesin tetas melalui: debu, bulu-bulu, anak ayam dan pecahan cangkang
PERUBAHAN PASCA MATI :
1. hati membesar, haemorrhagi, gumpalan darah di rongga perut.
2. jantung dilatasi, noduli putih keabuan
3. perikardium : bengkak, perikarditis, cairan fibrinous
4. limfa, ginjal membesar, jejas nekrotis.
5. reproduksi betina : folikel keriput, kuning telur memadat dan mengkeju
6. reproduksi jantan : abses kecil pada testes, penebalan
PENYEBAB :Bakteri Salmonella pullorum
PENANGGULANGAN:
1. Menjaga sanitasi kandang dan mesin tetas. Fumigasi dengan formaldelhida 40%.
2. Pemberian vaksinasi sama halnya pada kolera.
3. Bila ayam terkena sudah parah, sebaiknya dimusnahkan.
PENGENDALIAN :
1. Perusahaan pembibit yg terserang salmonellosis dilarang keluarkan telur tetas, ayam mati ataupun hidup, kecuali untuk diagnosis.
2. Ayam yang mati dibakar dan dikubur.
3. Uji masal pada unggas di atas 4 bulan, yg positif dimusnahkan.
4. Peternakan yg positif mengandung penyakit dilarang lalu lintas orang, kecuali petugas dan orang yg keluar dari peternakan tersebut harus di suci hamakan.
KERUGIAN EKONOMI :
Turun produksi telur dan daya tetas, kematian embrio, anak ayam maupun ayam dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar