Ayam lokal merupakan sumber daya genetik yang potensial dalam penyediaan daging dan telur. Pada seluruh kepulauan di Indonesia tersedia berbagai rumpun ayam lokal yang mempunyai penampilan spesifik ataupun tidak spesifik dengan populasi hampir sama dengan jumlah penduduk di Indonesia. Diketahui Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam di dunia setelah Cina dan India, namun demikian pengelolaan ayam lokal di Indonesia sebagian besar masih dipelihara secara tradisional. Ayam lokal di Indonesia secara turun temurun telah dipelihara oleh masyarakat, umumnya yang terdapat di pedesaan baik sebagai hewan piaraan, penghias halaman, hewan aduan, keperluan ritual maupun tabungan keluarga.
Ayam Walik merupakan salah satu jenis ayam lokal langka yang terdapat di Indonesia. Ayam Walik merupakan ayam lokal yang mempunyai penampilan bulunya keriting (terbalik) ke arah depan dan belakang, sehingga permukaan kulit tubuhnya terlihat jelas. Hal demikian disampaikan pula oleh Sarwono (2003) bahwa ayam Walik memiliki bulu terbalik, sehingga tampak mengeriting. Ayam jenis ini banyak ditemui di daerah Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Bentuk dan perawakan tubuh hampir sama dengan ayam Kampung. Warna bulunya beraneka ragam, hitam, coklat, coklat kemerahan, coklat kekuningan, putih, blorok bintik-bintik merah dan hitam atau putih dan hitam, dan kombinasi warna lainnya. Warna bulu yang beragam pada ayam Walik dipengaruhi oleh kerja gen i yang memicu produksi pigmen melanin. Pigmen melanin terbagi menjadi dua tipe yaitu eumelanin dan pheomelanin. Eumelanin yang membentuk warna hitam dan biru pada bulu, dan pheomelanin yang membentuk warna merah-cokelat, salmon, dan kuning tua (Brumbaugh dan Moore, 1968). Kulit badan, sisik kaki dan paruh berwarna putih kuning atau kehitaman/kelabu tua. Warna kuning pada shank, pada ayam bangsa Amerika dan bangsa-bangsa yang lain, adalah karena adanya lemak atau pigmen lipokrom (lypocrome) pada lapisan epidermis dan pigmen hitam atau melanin tidak terdapat pada epidermis dan dermis. Shank yang berwarna kuning juga dapat dipengaruhi oleh pemberian pakan yang mengandung karotenoid dan xanthofil seperti jagung kuning. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa warna kuning shank disebabkan oleh pigmen karotenoid dari pakan. Xantofil pada jagung dapat menyebabkan kaki dan kulit menjadi berwarna kuning (Anggorodi, 1985). Jengger berbentuk tunggal atau pea, bergerigi berwarna merah (Sartika dan Sofjan, 2007). Ukuran ayam Walik berbeda-beda, bobot badan dewasa berkisar 1-3 kg. Ayam Walik dewasa cukup tahan terhadap perubahan cuaca, tetapi ayam Walik anakan kurang tahan terhadap dingin dan udara lembab, sehingga membutuhkan perawatan yang cukup baik (Rukmana, 2003).
Keunggulan yang dimiliki ayam Walik dinyatakan dalam Somes (1990) bahwa ayam Walik memiliki metabolisme basal cepat, produksi kelenjar hormon tiroid dan adrenal yang tinggi, meningkatkan asupan makanan, konsumsi oksigen, detak jantung, dan peningkatan volume sirkulasi darah. Bulunya yang terbalik arah tumbuhnya, memberikan keuntungan dengan semakin mudahnya ayam Walik untuk meregulasikan suhu tubuh pada suhu lingkungan yang panas sehingga ayam Walik tetap nyaman dalam suhu yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar