Sapi ongole berasal dari india dan diperhitungkan sebagai ternak yang dijinakkan yang tertua di dunia. Sapi ongole masuk ke amerika pada awal tahun 1984, disilangkan dan menghasilkan keturunan sapi yang lebih besar, cepat tumbuh da mudah perawatannya. Di belanda sapi onggole dikenal sebagai sapi zebu. Sapi ongole masuk ke indonesia pada tahun 1897, dikenal dengan nama sapi Benggala dan diternakkan secara intensif di Sumba (Burhan, 2003), sehingga lebih dikenal dengan nama sapi sumba ongole. Pada tahun 1917, untuk pertama kali sapi ongole dikeluarkan dari pulau sumba dengan tujuan sulawesi utara, kalimantan dan jawa. Namun sebenarnya untuk pulau jawa dan sumatera, pemasukan sapi ongole sudah dimulai sejak tahun 1909 dalam rangka ‘ongolisasi’ sapi-sapi yang ada di kawasan barat Indonesia (Siregar. 2008)
Sapi onggole memiliki warna tubuh putih sedikit keabuan, terdapat gelambir dari rahang bawah hingga ujung dada depan, badan besar, panjang, dan berpunuk di atas bahu. Kepala panjang, telinga kecil dan tegak. Paha besar, kulit tebal dan lepas. Temperamen tenang dengan mata besar, tanduk pendek dan hampir tidak terlihat. Sapi onggole mampu bertahan terhadap panas serta endoparasit dan ektoparasit. Mampu beradaptasi terhadap pakan yang jelek, pertumbuhan yang relatif cepat dengan presentase karkas yang baik. Tinggi sapi jantan dapat mencapai 150 cm dengan bobot badan 600-750 kg, sedangkan betina dewasa dapat mencapai tinggi badan 135cm dengan bobot badan 450-600 kg. Pertambahan bobot badan harian dapat mencapai 0,75 Kg. Persentase karkas sekitar 58%.
Sumber:
Burhan, B., 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Siregar, S. B., 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar