Umumnya bambu yang digunakan sebagai wadah fermentasi dadih di Sumatera Barat ada tiga jenis yaitu, bambu talang (Schizoztachyum brachycladum), bambu gombong (Gigantocloa verticallata) dan bambu betung ( Dendrocalamus asper ). Bambu talang (Schizoztachyum brachycladum) bambu ini dikenal dengan nama daerah buluah ampo dan pada beberapa daerah lain disebut juga buluh. Bambu jenis ini banyak digunakan untuk fermentasi dadih yang berasal dari daerah Batu Sangkar dan Kabupaten Solok. Bambu ini mempunyai kultur bakteri asam laktat paling banyak adalah genus Lactobacillus dan Leuconostoc. Bambu gombong (Gigantocloa verticallata) bambu jenis ini banyak digunakan untuk fermentasi dadih yang berasal dari Bukit Tinggi. Bambu ini mempunyai kultur bakteri asam laktat paling banyak adalah genus Lactobacillus. Bambu betung ( Dendrocalamus asper ) bambu ini dikenal dengan nama daerah batuang gadang, banyak digunakan untuk dadih yang berasal dari Kabupaten Agam, Kabupaten 50 kota, dan Kabupaten Solok. Bambu ini mempunyai kultur bakteri asam laktat paling banyak adalah genus Lactobacillus.
bambu untuk fermentasi dadih |
Bambu betung (Dendrocalamus asper) juga dikenal dengan nama Bambusa Aspera Schultes, Dendrocalamus Flagelifer, Gigantochloa Aspera Schultes, Dendrocalamus Merrilianus Jenis bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikitrapat. Warna batang hijau kekuning-kuningan. Ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari jenis bambu yang lain. Tinggibatang mencapai 20 m dengan diameter batang sampai 20cm. Ruas bambu betung cukup panjang dan tebal,panjangnya antara 40 - 60 cm dan ketebalan dindingnya 1 -1,5 cm. Jenis bambu ini dapat ditemui di dataran rendah sampaiketinggian 2.000 m dpl. Bambu ini akan tumbuh baik bilatanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklimtidak terlalu kering.Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar serta ruasnya panjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar