Kelinci termasuk pseudoruminan atau ruminansia semu karena merupakan hewan herbivora non ruminansia yang mempunyai system pencernaan monogastrik dengan perkembangan sekum dan kolon seperti pencernaan ruminansia. Sebagai ternak ruminansia semu, kelinci dapat mencerna sebagian serat kasar, terutama dari bahan nabati, dengan bantuan bakteri yang hidup di dalam sekum dan colon. Kelinci juga bersifat coprophagy, yaitu memakan kembali feses yang dikeluarkan dan biasanya terjadi pada malam hari atau pagi hari. Coprophagy sendiri berasal dari bahasa yunani copros yang berarti feses dan phagein yang berarti makan.
Dalam proses pencernaan, kelinci mengeluarkan dua jenis feses, yakni feses normal yang biasa ditemukan dibawah sangkarnya dan feses berbentuk lebih kecil dan lembek serta menggumpal (Kartadisastra, 1994). Kelinci akan melakukan suatu proses recyclingyang disebut coprophagy, yaitu feses yang lembek dimakan kembali dan dipakai sebagai sumber nutrien tertentu. Kelinci memakan kembali fesesnya biasanya dilakukan pada malam hari, dimana feses masih dalam keadaan lembek. Feses tersebut mengandung banyak nutrien yang diperlukan oleh kelinci yaitu protein (asam amino) dan kelompok vitamin B. Jadi dalam memenuhi asam amino serta vitamin B komplek kelinci melakukan coprophagy yang mulai dilakukan pada umur 3–4 minggu, setelah kelinci memakan pakan yang solid (Prawirokusumo, 1994).
Sumber gambar: http://www.barrowbunnies.com
Hal ini terjadi berdasar pada kontruksi saluran pencernakannya. Walaupun memiliki sekum yang besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni (sapi, kambing). Melahap tinjanya sendiri bukanlah tanda ketidakwajaran atau ketidakwarasan pada kelinci. Corprophagy merupakan perilaku normal, sehat, dan sangat perlu dilakukan kelinci untuk menjaga kesehatannya secara menyeluruh.
Sumber:
Kartadisastra, H. R., 1994. Kelinci Unggul. Kanisius. Yogyakarta.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar