Ternak

Rabu, 04 Februari 2015

JENIS JENIS ITIK LOKAL INDONESIA

Itik merupakan salah satu spesies unggas air yang telah banyak dibudidayakan. Di Indonesia, ternak itik telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur sehingga populasinya tersebar hampir merata di seluruh wilayah tanah air. Selain itu, itik merupakan salah satu jenis unggas potensial setelah ayam (Suharno dan Amri, 2000). Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas. Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam, dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : tipe pedaging, petelur dan ornamen. Penggolongan tersebut didasarkan atas produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh itik tersebut untuk kepentingan manusia. Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah : Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking dan Rouen. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan petelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Bangsa yang termasuk dalam golongan ini adalah : Campbell dan Indian Runner. Selain itu ada juga segolongan itik yang biasanya mempunyai warna bulu yang menarik atau bentuk badan yang bagus, termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau sebagai ternak hiasan, terutama di dalam kolam hias. Bangsa-bangsa yang termasuk dalam golongan ini adalah : Calls, East India, Mallard, Mandarin dan Wood duck. Ada bangsa-bangsa itik yang mempunyai tujuan ganda, misalnya di samping tujuan utama hasil berupa daging, juga menghasilkan telur, misalnya bangsa Orpington (Srigandono, 1986).

1.   Itik Tegal
Itik tegal, ciri - ciri umum itik jenis ini adalah bentuk badan yang mirip botol, langsing, postur tubuhnya tegak, tinggi badannya dapat mencapai 50 cm. Lehernya cenderung membulat namun panjang, proporsi kepala jauh lebih kecil daripada badan dan letak mata mengarah sedikit ke atas bagian kepala. Warna bulu kecoklatan/tutul2 coklat. Dengan variasi sebagai berikut :
a.   Lemahan (coklat muda hingga abu-abu/ tutul coklat samar, jumlahnya paling banyak)
b.   Branjangan (bulu coklat atau tutul coklat agak jelas)
c.   Blorong (berbulu coklat kehitaman, warna kaki dan paruh hitam)
d.   Putihan (bulu putih dengan paruh dan kaki berwarna kuning sampai jingga).
e.   Jambul
f.    Jalon (bulu putih mulus dengan paruh dan kaki berwarna hitam kehijauan).
Biasanya umur produktif yang baik untuk jenis bebek tegal ini adalah 1-2 tahun, yang mana usia produktif dapat berulang sebanyak 3x dalam setahun. Satu lagi, itik tegal tidak mengerami telur.
2.   Itik Mojosari
Jenis yang kedua adalah Itik Mojosari. Itik jenis ini merupakan itik lokal unggul yang mulai diternak di daerah Modupuro, Mojosari, Daerah Mojokerto Jawa Timur, oleh karena itu terkenal pula disebut itik mojokerto. Kenapa itik Mojosari ini cepat sekali populer dan menjadi komoditas utama para peternak bebek? Karena itik ini memiliki rasa yang enak. Lebih empuk karena struktur tubuh yang lebih kecil dari bebek kebanyakan. Namun itik mojokerto ini mempunyai andalan lainnya, yaitu telur yang lebih besar dari itik lainnya dan warnanya lebih hijau. Bentuk umum badan itik mojosari hampir sama dengan itik tegal, namun badan lebih kecil dengan warna bulu yang cenderung kemerahan dengan campuran warna coklat, hitam, dan putih.
Itik mojosari merupakan itik hibrida yang unggul. Itik ini dapat memproduksi setidaknya 200 butir telur tiap tahunnya jika kita ternak di areal sawah yang subur dan sekedar tercukupi kebutuhan pakannya. Namun jika kira optimalkan dengan media kandang tanpa air dan diperhatikan lebih intensif, maka itik ini dapat menghasilkan 265 butir telor per ekor tiap tahunnya. Peningkatan yang tajam.
Itik mojosari dapat mulai bertelur jika sudah memasuki usia 6 hingga 7 bulan. Namun masa produktif masih belum stabil. Jika sudah melebihi usia 7 bulan(masuk masa produktif stabil), maka wajib kita perhatikan pemeliharaan dan kesehatan itik, karena pada usia ini produksi telur dapat mencapai 80% keseluruhan.
3.   Itik Bali (Anas SP)
Jenis ketiga adalah Itik Bali. Itik bali adalah varian itik lokal yang banyak dibudidaya di Pulau Bali dan Pulau Lombok. Daya tahan tubuh yang sangat bagus membuat itik ini dapat diternak di berbagai daerah dengan berbagai suhu yang berbeda-beda. Inilah yang menjadikan itik bali banyak diminati juga oleh para peternak bebek.
Bentuk umum itik bali juga hampir sama dengan itik jawa/ itik tegal, namun badannya terlihat lebih lebar/berisi dibandingkan itik jawa, lehernya juga lebih pendek. Hal lain dari itik bali yang membedakan dari itik jawa adalah warna bulu yang lebih terang. Warna bulu juga mempengaruhi jumlah produksi telur itik bali, sama seperti itik tegal.
JENIS JENIS ITIK LOKAL INDONESIA
Itik Bali dengan warna bulu sumi adalah yang paling banyak produksi telurnya, yaitu mencapai 153 butir telur per tahun. Itik Bali dengan bulu sumbian dapat memproduksi sekitar 145 butir telur tiap tahunnya. Yang terakhir adalah Itik bali berbulu sikep hanya mampu menghasilkan 100 butir telur per tahun. Jenis Itik bali yang lain adalah berbulu putih bersih dengan jambul di kepala, namun jenis berjambul ini lebih banyak dijadikan sebagai sesaji atau itik hias daripada dijadikan itik petelur karena keindahan bentuk dan warnanya.
Itik bali memiliki ukuran telur yang lebih kecil daripada itik lainnya. Dengan berat kurang dari 60gr per butir. Itik ini juga banyak dipanggil sebagai itik penguin karena tubuhnya yang hampir tegak seperti burung penguin. Mulai memasuki usia produktif sekitar 23 hingga 24 minggu. Tidak memiliki sifat mengerami telur.
4.   Itik Alabio (Anas platurynchos)
Itik alabio adalah salah satu itik yang paling terkenal di Indonesia dan banyak pula dijual di pasaran. Itik ini merupakan jenis itik asli dari Kalimantan. Lahir dari persilangan itik/bebek peking dengan itik lokal kalimantan. Orang yang pertama kali menamai itik alabio adalah Drh. Saleh Puspo. Pada tahun 1950 Alabio adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu daerah Kalimantan Selatan. Itik alabio mempunyai ciri umum yaitu badan membentuk segitiga dan membentuk sudut 60 derajat dari tanah. Bentuk kepala lebih mengecil dengan paruh berwarna kuning. Warna umum bulu itik alabio betina adalah kuning bercampur dengan warna abu-abu. Ujung dada, sayap, kepala ekor ada sembur warna hitam.
Namun warna itik alabio jantan adalah abu-abu hitam dan ekornya ada bulu yang melengkung keluar.
Itik alabio selain menjadi itik pedaging juga merupakan itik yang sangat produktif sebagai itik petelur. Itik ini dapat menghasilkan kurang lebih 130 butir telur jika hanya di gembala biasa di sawah atau ladang yang banyak terdapat sumber makanan. Namun jika dikandangkan maka produksi telur itik alabio dapat meningkat tajam sebanyak 200 sampai 250 butir telur tiap tahun. Namun untuk besarnya telur itik alabio cenderung lebih kecil dari itik lainnya. Hampir sama dengan itik bali.
5.   Itik Rambon (Itik Ras Cirebon)
Itik Rambon merupakan itik hasil persilangan antara itik lokal Cirebon (Itik Tegal ) dengan itik Alabio. Tujuan persilangan adalah diperoleh itik pedaging berproduksi telur tinggi dan disukai oleh konsumen. Karkteristik itik Rambon, berwarna bulu kecoklatan halus mengkilat, paruh dan kaki berwarna hitam, ukuran badan ramping tinggi, leher panjang dan berdiri tegak nampak seperti botol, mata bening cerah. Bobot badan umur 20 minggu berkisar 1,5 – 1,6 kg. Pejantan Rambon memilki birahi tinggi, sehingga akan sering kawin. Produksi telur mencapai 75 – 80% dengan kulit telur berwarna hijau kebiru-biruan.
6.   Itik Turi
Itik Turi mempunyai bentuk badan dan warna bulu yang berbeda dibanding itik lokal lainnya (Itik Mojosari, Itik Alabio, itik Tegal dan itik Bali), ukuran badan itik Turi lebih kecil dibanding itik Tegal maupun Mojosari dan termasuk itik tipe ringan. Beberapa warna Warna bulu itik Turi antara lain :Bosokan, Branjangan, Hitam, Putih dan Kalung.
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jenis itik lokal yang dikenal dengan nama itik Turi, karena berasal dari desa Turi Kabupaten Bantul. Itik turi juga dikenal dengan nama itik Metaram karena dianggap sebagai jenis itik peninggalan kerajaan Metaram tempo dulu. Itik metaram merupakan keturunan persilangan dari beberapa itik lokal maupun impor.
Itik Metaram memiliki ciri fisik : bentuk badan yang langsing dan warna bulunya yang khas. Warna bulu dapat digunakan untuk membedakan kategorinya, yakni hitam, bosokan atau coklat kehitaman, dan bambangan atau coklat kemerahan. Itik yang berwarna bambangan mempunyai populasi terbanyak dibandingkan warna bulu lainnya.
Itik metaram yang berwarna bambangan memiliki beberapa kelebihan, yakni : produksi telurnya mencapai 200 butir pertahun, mampu berproduksi dengan baik hingga 2.5 tahun serta berat badannya yang lebih berat. Itik Metaram dengan perawakan yang khas, tidak banyak menghabiskan pakan, mudah digembalakan dilahan perawahan bertelur setiap hari dan dagingnya enak untuk dikonsumsi.
7.   Itik magelang (kalung)
a.   Asal Magelang, Jawa tengah.
b.   Jantan (paruh berwarna hitam panjang dan melebar pada bagian ujungnya).
c.   Betina (bentuk kaki pendek, warna hitam)
d.   Umumnya warna bulu kecoklatan, dengan variasi coklat muda hingga coklat tua kehitaman.
e.   Ciri khas (warna putih melingkar di leher/kalung).
Penamaan itik magelang berdasarkan variasi warna bulu:
a.   Kalung (warna coklat muda hingga tua, lehernya berkalung putih sempurna)
b.   Jawa (warna coklat muda sampai tua, tapi lehernya tdk berkalung).
c.   Bosokan (warna hitam kecoklatan mulus dan terkadang dgn tutul2 putih).
d.   Jarakan (warna coklat dengan tutul hitam, pada sayap terdapat bulu putih).
e.   Pelikan (warna putih mulus, paruh dan kaki kuning sampai jingga).
f.    Gambiran (hitam kecoklatan seragam, ujung sayap putih)
g.   Wiroko (hitam kelam, dada agak putih)
h.   Irengan (hitam mulus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar