Ternak

Sabtu, 28 Februari 2015

CARA PEMOTONGAN KUKU (HOOVES TRIMMING) PADA TERNAK


Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya dilakukan secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku. Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam kandang. Hal ini dapat menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine serta luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap hari ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan terkikis dengan sendirinya.
Kuku tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan kedudukan tulang teracak menjadi salah, sehingga titik berat badan jatuh pada  teracak bagian belakang, bentuk punggung menjadi seperti busur, mudah terjangkit penyakit kuku, dan mengakibatkan kepincangan pada ternak. Kuku yang tumbuh panjang dapat menghambat aktivitas ternak, seperti naik turun kandang, berjalan untuk mendapatkan makanan dan minum, atau berdiri dengan baik sewaktu melakukan perkawinan.  Di samping itu  menyebabkan ternak sulit berjalan dan timpang, sehingga mudah terjatuh dan mengalami cedera. Kalau ternak itu sedang mengalami kebuntingan, maka dapat mengakibatkan keguguran.
Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci. Bahan dan obat-obatan yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon iodine, Gusanex, antibdiotik, antiinflamasi, dan salep.
Langkah-langkah dalam pemotongan kuku yaitu sebagai berikut :
a.   Siapkan peralatan untuk memotong kuku kemudian atur tali pada mesin potong kuku.
b.    Keluarkan ternak dari kandang, pastikan ternak sudah dimandikan dan diberi pakan.
c.   Ternak dimasukkan kedalam mesin potong kuku yang bentuknya seperti kandang jepit kemudian ternak di restrain dengan tali penompang tubuh sapi dibagian tengah, depan dan belakang tubuh sapi yang sudah dikaitkan pada mesin potong kuku dengan cara melingkarkan tali pada bagian perut dan dada kemudian dikencangkan.
d.   Kemudian tekan tombol hidrolik untuk mengangkat sapi ke atas meja dan dibaringkan terlebih dahulu. Proses pengangkatan tubuh sapi menggunakan sistem hidrolik dengan 2 buah silinder sehingga proses pengangkatan lebih halus dan lebih bertenaga.
e.    Setelah itu ikat kaki ternak dengan tali pada tiang mesin potong kuku yang terangkat tadi. Perlu diperhatikan bahwa pada saat pemotongan kuku sebaiknya ternak ditali dengan model Halter (tali kepala) yang ditambat kuat, sedangkan tali nose ring ditambat sedikit longgar. Tujuannya supaya apabila ternak berontak maka hidungnya tidak terluka atau bahkan terputus.
f.   Ukur panjang kuku ternak dengan mistar ukur, setelah dicatat kemudian bersihkan  kotoran-kotoran atau batu pada kuku. Setelah itu kuku diberi desinfektan dan dibersihkan lagi menggunakan sikat.
g.    Selanjutnya Buatlah pola dengan gerinda.
h.    Gerakan tangan memotong kuku ternak adalah mengiris, yaitu kama ditarik vertikal dari atas ke bawah, bukan mencabik. Lakukan pemotongan menurut garis pola yang sudah dibuat secara rata sampai kedua belah kuku betul-betul simetris dan rata.
CARA PEMOTONGAN KUKU (HOOVES TRIMMING) PADA TERNAK
i.     Apabila ada cekungan pada kuku, bersihkan menggunakan rennet.
j.     Bila dinding kuku masih terlihat tebal, gunakan gerinda atau alat kikir hingga 0,5 cm dari batas garis putih.
k.   Setelah selesai, panjang kuku diukur dengan mistar dan dicatat kembali kemudian kaki ternak dan tali hirauchi dilepas
l.   Mendipping ternak pada cairan desinfektan yang tersedia di depan tempat potong kuku, kemudian ternak dibawa kembali ke kandang.
CARA PEMOTONGAN KUKU (HOOVES TRIMMING) PADA TERNAK
 m.   Mesin potong kuku yang telah selesai dipakai kemudian di sanitasi agar mesin tetap terawat dan terjaga kebersihannya.

Jumat, 27 Februari 2015

PEMOTONGAN TANDUK (DEHORNING) PADA TERNAK

Perawatan tanduk pada ternak memang merupakan hal sepele, namun apabila tidak dilakukan dengan baik akan berakibat fatal. Pada beberapa ternak terkadang ditemukan tanduk yang tumbuh secara abnormal, contohnya tanduk yang tumbuh melingkar menutupi kedua mata sehingga menghalangi penglihatan, tanduk yang tumbuh menekan bagian belakang kepala ataupun telinga sehingga menimbulkan perlukaan. Ternak yang mengalami pertumbuhan tanduk yang abnormal seperti ini memerlukan perawatan khusus karena apabila tidak ditangani dengan serius maka tanduk akan terus tumbuh dan semakin melukai bagian tubuh lain yang terkena. Pertumbuhan tanduk yang terlalu panjang dan tajam juga dapat melukai ternak lain yang berada dalam satu kandang, karena salah satu sifat ternak ruminansia dewasa adalah suka berkelahi, akibatnya sering terjadi luka akibat tandukan. Terkadang juga tanduk yang dibiarkan berkembang liar memanjang biasanya akan patah karena mengenai dinding kandang, jika hal ini terjadi diluar pengawasan biasanya bagian tanduk yang patah akan membusuk dan segera dimasuki larva yang akan menggerogoti tanduk hingga masuk ke kepala bagian dalam.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk seperti diatas sebaiknya tanduk ternak yang masih muda dipotong atau dihilangkan (dehorning). Pemotongan ini akan  berlangsung mudah dan aman, kalau umur ternak di bawah satu bulan. Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dehorner, baik electric dehorner (pemotong tanduk elektrik), manual dehorner (pemotong tanduk manual), atau dehorner paste (pasta untuk merapuhkan tanduk).

Tujuan dehorning adalah :
1.   Menghemat ruangan.
2.   Kandang dan peralatan lebih awet.
3.   Mengurangi bahaya yang mungkin terjadi pada peternak dan memberi kemudahan dalam menangani dan memelihara ternak.
4.   Memudahkan penaganganan ternak dan mencegah timbulnya perlukaan akibat tandukan.
5.   Mencegah terjadinya gangguan yang menyebabkan ternak menjadi tidak nyaman karena pertumbuhan tanduk yang abnormal menimbulkan berbagai hal negatif seperti timbulnya perlukaan pada bagian yang tertusuk, gangguan penglihatan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan menjadi terhambat
PEMOTONGAN TANDUK (DEHORNING) PADA TERNAK
Sumber : www.beeryhereford.com
AAK (2007) menyebutkan tiga cara untuk melakukan dehorning, yaitu :
1.   Dehorning dengan bahan kimia.
2.   Dehorning dengan besi yang dipanaskan.
3.   Dehorning dengan gergaji.
1.   Dehorning dengan bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan adalah Kaustic soda dalam bentuk pasta atau  batangan seperti lilin. Bahan kimia kaustik akan mencegah pertumbuhan tanduk pada tanduk baru lahir, kurang dari satu sampai tiga minggu usia anak sapi. Kaustik ini merusak sel tanduk, sehingga tunas tanduk tidak bisa tumbuh.
a.  Untuk melindungi diri, kenakan sarung tangan ketika mengoleskan  bahan kimia tersebut. Untuk melindungi anak sapi, hindari aplikasi dekat matanya. Jangan gunakan kaustik saat cuaca hujan. cara ini sering dilakukan  pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10 hari).
b.   Bersihkan /gunting bulu disekitar tanduk, kemudian olesi vaselin.
c.   Oleskan / gosokkan caustic soda pada dasar calon tanduk hingga muncul  bintik-bintik darah
2.   Dehorning dengan besi panas.
Alat ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk mematikan/ menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda (1 bulan).
Cara :
a.   Cara menghilangkan tanduk adalah sebagai berikut, bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
b.   Pipa besi dibakar dalam tungku lalu tempelkan bagian yang merah membara itu sehingga membakar kulit disekitar tunas tanduk. Perlakuan ini sangat cepat , hanya berlangsung sekitar 2 detik saja, jangan berlangsung lebih luka, karena bisa merusak sel otak. Tunas tanduk yang benar-benar terbakar, mudah sekali terkelupas, luka akibat pengelupasan, diobati dengan bubuk antibiotika lalu kambingnya disuntik dengan obat tetanus antitoksin. Tunas tanduk yang tercabut, tak akan menumbuhkan tanduk lagi.
c.   Pemotongan tanduk dengan arus listrik dapat juga digunakan pada sapi muda. Suatu cincin baja yang dipanaskan dengan listrik ditekankan pada dasar tanduk sehingga membakar jaringan disekitarnya dan menahan pertumbuhan tanduk. cara ini hanya mematikan sebagian saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud deformasi yang disebut scur.
3.   Dehorning dengan gergaji.
Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tanduknya sudah keras dan panjang. Cara :
a.   Ikat ternak dengan kuar agar tidak memberontak.
b.   bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut dengan sabun, lalu keringkandengan kapas bersih.
c.   Gergaji tanduk dengan hati-hati, usahan hasilnya halus.
d.   Pemotongan dilakukan dengan menyisakan pangkal tanduk 1-2 cm.

Kamis, 26 Februari 2015

JENIS DAN PERAN MIKROBA RUMEN

Ternak Ruminansia merupakan hewan yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati , yaitu Abomasum (perut kelenjar). Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara mikrobial. Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan (Cole, 1962). Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar . Menurut Chuticul (1975) rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat (Ranjhan dan Pathak, 1979).
Menurut (Aurora, 1989), rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Isi rumen pada ternak ruminansia berkisar antara 10-15% dari berat badan ternak tersebut . Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan di dalamnya. Tekanan osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 32-42°C, pH dalam rumen kurang lebih tetap yaitu sekitar 6,8 dan adanya absorbsi asam lemak dan amonia berfungsi untuk mempertahankan pH (Aurora, 1989). Proses pencernaan dalam rumen ini sangat bergantung pada species-species bakteri dan protozoa yang berbeda dan saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis.
Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur . Volume dari keseluruhan mikroba diperkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1967) . Bakteri merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu sekitar satu juta/ml cairan rumen. Jamur ditemukan pada ternak yang digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik (Mc Donald et al., 1988). bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar di dalam rumen, berdasarkan letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompokkan menjadi :
a. Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri).
b. Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri) .
c. Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang menempel pada protozoa (Preston dan Leng, 1987).
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang  masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat  dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba yang tinggi tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Offer danRobert, 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston danLeng, 1987).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry et al., 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia.  Sauvant et al.(1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba. Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen.
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia. Menurut Aurora (1989) sekitar 47% sampai 71%  dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.
JENIS DAN PERAN MIKROBA RUMEN

Yokoyama dan Johnson (1988), mengklasifikasikan bakteri menjadi 8 kelompok didasarkan pada jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir fermentasi. Berikut contoh-contoh species bakterinya:
1.   Bakteri Selulolitik
Bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Contoh : Bacteroides sussinogenes (bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat).
2.   Bakteri Proteolitik
Mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptida lain menjadi amonia (Orskov, 1982). Contoh : Bacteroides ruminocola, Selenomonas ruminantium .
3.   Bakteri Methanogenik
Merupakan bakteri yang dapat mengkatabolisasi alkohol dan asam organik menjadi methan dan karbondioksida (Tjandraatmaja, 1981). Contoh: Methanobacterium formicium, Methanobrevibacter ruminantium.
4.   Bakteri Amilolitik
Merupakan bakteri yang dapat memfermentasikan amilum . Bakteri jenis ini relatif lebih tahan terhadap perubahan pH dibandingkan dengan bakteri selulolitik, dapat bekerja pada pH 5,7-7,0 (Orskov, 1982). Contoh: Clostridium lochheaddii, Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus
5.   Bakteri yang memfermentasikan gula
Bakteri yang memfermentasikan amilum, sebagian besar mampu memfermentasikan gula sederhana . Contohnya : Eurobacterium ruminantium, Lactobacillus ruminus.
6.   Bakteri Lipolitik
Merupakan bakteri rumen yang dapat menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Hal ini dapat berlangsung karena adanya enzim lipase yang dapat memecah lemak (Tamminga dan Doreau, 1991). Contohnya : Anaerovibrio livolytica, Veillonella alcalescens.
7.   Bakteri pemanfaat Asam
Contohnya : Selonomonas dan Veillonella alcalescens.
8.   Bakteri Hemiselulotitik
Hemiselulosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam tanaman yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam dan alkali. Hemiselulosa ini terdapat dalam tanaman yang menjadi pakan temak dalam jumlah besar. Contohnya : Ruminococcus sp, Butyrivibrio fibriosolvens.
Serta ditambah beberapa contoh spesies protozoa dan jamur diantaranya :
a.   lsotricha intestinalis (memfermentasi gula, pati dan pektin)
b.   Dasytricha ruminantium (pencerna pati, maltosa, dan glukosa)
c.   Entodinium caudatum dan Diplodinium sp
Sedangkan jamur Neocalimastik sp dan Orpinomyces kelompok fungsi selulolitik (Winugroho et al., 1997)

Sumber : Ini saya rangkum dari Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997 milik bapak Suwandi dengan judul Peranan Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia serta dari blog jajo66.wordpress.com/2009/01/28/peran-mikroba-rumen-pada-ternak-ruminansia/. Maaf apabila dalam penulisan daftar pustakanya tidak lengkap dan kurang benar karena admin blog tersebut tidak menuliskan sumbernya. Berikut ini saya sertakan Daftar Pustaka :
Aurora, S .P. 1989 . Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo, B (ed), Gajah Mada University Press.
Barry, Thomson, and Amstrong. 1977. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses Tanggal 06 April 2010
Bryant, M .P. 1967 . Microbiology of the Rumen In Sweeson, M.J. 1970. Duke,s physiology of the Domestic Animal, Cornell University Press, London.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition, in The Asiatic Water Buffalo, Proceeding of an International Syimposium heald at khon kaen. Thailand, March 31 - April 6. Food and Fertilizer Tecnology Centre, Taipei, Taiwan.
Cole, H .H. 1962. Introduction to livestock Production, W .H. Freeman and Co, San Fransisco .
Mc Donald, P. Edwards, R.A. Greenhalq, J.F.D. 1988. Animal Nutrition. 4 th ed Longman Scientific and tehnical, Hongkong.
Offer, Y. and Robert. 1996. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2010.
Orskov, O .R. 1982. Protein Nutrition In Rument, Academic Press London.
Preston and Leng. 1987. Matching Ruminant Produktion Systems With Available Resource in the Tropik and Sub Tropik Penambul Books Armidale. New South Wales, Australia.
Ranjhan, S.K. and Pathak, N.N. 1979. Management and Feeding of Buffalo, Vikas Publ House put, New Delhi.
Sauvant, Dijkstra, and Martens. 1995. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2010.
Soetanto, 1994. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses Tanggal 06 April 2010.
Tamminga S., Doreau M. (1991): Lipids and rumen digestion. In: Jouany J.P. (ed.): Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. INRA, Paris. 151–160.
Winugroho, M., Yantyati. W., Suharyono, Typuk Artiningsih, Yeni. W. dan Cornelia Hendratno. 1995/1997. Laporan Riset Unggulan Terpadu Ill . Balitnak Ciawi Bogor.
Yokoyama, M. T. and Johnson, K.A. 1988. Microbiology of The Rumen and Intestin . Prentice Hall. New Jersey.

Senin, 23 Februari 2015

KASTRASI (PENGEBIRIAN) PADA TERNAK

Kastrasiatau yang lebih populer dan dikenal dengan istilah “pengebirian” adalah salah satu aspek penting dalam tatalaksana pemeliharaan dan perawatan ternak potong. Kastrasi adalah usaha untuk  menghilangkan fungsi reproduksi ternak jantan sebagai pejantan atau pemacak, dengan cara menghambat proses pembentukan dan pengeluaran sperma. Kastrasi dapat dilakukan dengan jalan mengikat, mengoperasi maupun memasukan cairan tertentu kedalam organ tubuh tertentu. Ternak yang akan dikastrasi adalah ternak yang tidak akan dijadikan bibit, oleh karena itu waktu terbaik melakukan kastrasi yaitu setelah program seleksi selesai dilaksanakan sehingga ternak yang tidak mencapai standar seleksi dikastrasi untuk menghasilkan daging. Umumnya umur ternak yang akan dikastrasi haruslah yang berumur muda karena mengkastrasi ternak tua membawa resiko yang lebih berat dan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak selanjutnya yang dipersiapkan sebagai ternak potong. Pada sapi, domba dan babi perlakuan  kastrasi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, koefesien konversi makanan, kualitas karkas (Turton, 1962), juga pada kecepatan metabolisme dan pertumbuhan tulang (Rice, 1957).
Tujuan dilakukannya kastrasi adalah :
1.   Agar kualitas daging lebih baik.Mengurangi tingkat agresifitas ternak.
2.   Mencegah terjadinya perkawinan ternak yang tidak diinginkan atau ternak yang tidak lolos seleksi sesuai standar produksi yang ditargetkan. 
3.   Untuk penggemukan ternak jantan. 
4.   Memenuhi permintaan pemilik untuk tujuan tertentu.
Manfaat Kastrasi adalah
1.   Mengurangi biaya produksi atau pemborosan biaya yang tidak diinginkan. 
2.   Mendapatkan ternak yang bertempramen lebih jinak sehingga memudahkan dalam menghandel ternak tersebut. 
3.   Ternak yang jinak lebih cenderung sedikit aktivitas geraknya sehingga energinya bisa dihemat untuk pembentukan daging.
Berdasarkan cara melakukan kastrasi dikenal dua bentuk, yaitu kastrasi tertutup dan kastrasi terbuka, Kastrasi tertutup biasanya dilakukan terhadap ternak yang memilki alat kelamin menggantung dan menjauh dari tubuh misalnya seperti pada ternak kambing dan sapi. Sedangkan Kastrasi terbuka umum dilakukan pada ternak yang kelaminnya menempel atau dekat dengan tubuhnya contohnya ternak babi.
1.   Kastrasi Tertutup 
Kastrasi tertutup menggunakan tang burdizzo digunakan untuk menjepit leher secrotum (saluran tes-tes)  pada ternak yang sudah dewasa. Dengan tujuan untuk menghambat saluran tes-tes dan akhirnya fungsi tes-tes semakin lama semakin mengering cara ini tidak menimbulkan luka dan pendarahan maka dari itu kastrasi ini disebut  dengan metode tertutup. Kastrasi dengan tang burdizzo dapat menimbulkan kegagalan kalau cara penjepitannya kurang sempurna. Tujuan penjepitan diarahkan pada pada pemutusan hubungan penyediaan darah darah ke tes-tes dan pemutusan saluran mani dan tes-tes serta menjaga agar dalam proses degenerasi secrotum tidak  terjadi pembusukan. Penjepitan dilakukan 2 kali : yang pertama dilakukan pada saluran mani atau leher secrotum yang kiri selama kurang dari 15 menit dan yang kedua pada  saluran secrotum atau leher secrotum yang kanan dengan lama penjepitan selama 15 menit. Supaya tidak terjadi kerusakan pada secrotum  maka penjepitan harus diberi jarak antara tes-tes sebelah kanan dan kirinya. Pelaksaan penjepitan agar miring, maksudnya agar masih ada saluran atau hubungan pengaliran udara pada secrotum lewat kulit scrotum. Untuk melihat hasil akhir pelaksaan kastrasi, kita dapat melihatnya pada bulan berikutnya. Bila secrotum yang dijepit itu tetep tumbuh besar maka kastrasi tersebut dikatakan gagal sedangkan apabila secrotum itu mengecil dan hilang sama sekali itu berarti kastrasi kita berhasil. Cara ini efektif  dilakukan pada ternak umur 1 minggu.
2.   Kastrasi Terbuka 
Kastrasi terbuka adalah kastrasi yang dilakukan dengan jalan pembedahan untuk mengeluarkan testes, cara ini efektif dilakukan pada ternak yang berumur  7-14 hari. Kastrasi pada usia dewasa tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan, namun dapat memperbaiki kualitas karkas daging setelah  ternak dipotong, ternak yang dikastrasi pembawaannya akan lebih tenang dan pertumbuhannya cepat.  Sebaiknya ternak yang akan dikastrasi  berumur tidak lebih dari 8 bulan, sebab setelah umur lebih dari 8 bulan mudah mengalami cekaman dan pendarahan yang hebat.  Kastrasi atau pengebirian yang dilakukan pada ternak bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan, selain itu agar memungkinkan untuk memperoleh nilai karkas  daging yang berkualitas baik. Ternak yang dikastrasi akan memperlihatkan tubuh yang lebih gemuk, bulat, dan lebih mudah dikelola terutama dalam suatu peternakan yang besar. Ternak yang tidak terseleksi sebagai pejantan lebih baik dikastrasi  agar tidak  mengawini betina dan mempunyai keturunan. Hilangnya fungsi ternak sebagai pejantan akan menghilangkan nafsu untuk kawin, sehingga dapat mengurangi peluang penularan penyakit, khususnya penyakit yang menular lewat perkawinan. Untuk yang pengen tahu tentang cara kastrasi terbuka silahkan lihat video yang kami ambil dari youtube ini :

ALAT UNTUK PENANDAAN TERNAK

Setiap ternak diberi identitas agar lebih mudah dalam pengenalan. Kita bisa membagi lagi identitas ini menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik, penandaan fisik dan penandaan tambahan. Dalam hal ini, Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri fisik misalnya warna bulu, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi semi permanen dan permanen. Penandaan permanen adalah penandaan pada kerbau yang bersifat tetap. Sedangkan semi permanen bersifat sementara saja, dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti. Sedangkan penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada lingkungan hidup ternak yang memudahkan dikenali meskipun dari kejauhan.

Alat yang dapat digunakan dalam penandaan ternak, antara lain :
1.   Electric tattoo, alat tato elektrik yang menggunakan listrik sebagai sumber arus.
2.   Paint Stick, alat penomoran yang berbentuk lip-stick untuk menuliskan normor atau tanda tertentu di bagian badan ternak, penandaan ini tidak permanen tetapi cukup tahan dan tidak mudah hilang oleh panas maupun hujan
3.   Ear tag, sejenis anting bernomor yang biasanya dipasangkan pada daun kuping, terbuat dari bahan karet, plastik, atau alumunium. Pemasangannya dilakukan dengan bantuan alat yang disebut tang  aplikator .
ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PENANDAAN TERNAK
 4.   Applicator tang, adalah alat untuk memasangkan ear-tag pada kuping ternak, bentuknya bermacam -macam bergantung atas jenis ear-tag tertentu.
5.   Aplicator gun, adalah tang aplikator yang berbentuk pistol.
6.   Rotary tattoo, adalah alat penomoran atau pentatoan berbentuk tang dan memiliki nomor-nomor yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
7.   Outfit tattoo, adalah alat penomoran atau pentatoan berbentuk tang dengan nomor-nomor yang dapat dipasang dan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.

MACAM MACAM PENYAKIT PADA TERNAK RUMINANSIA

Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakitternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi jugadapat menular kepada manusia disebut penyakit “ZOONOSIS” . Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak yang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melaluitanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehinggadapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. Gangguan kesehatan pada ternak terjadi karena adanya infeksi agen penyakit oleh bakteri/ kuman, virus, parasit atau disebabkan oleh gangguan metabolisme. Oleh karena itu, bekal pengetahuan tentang pentingnya mengenal beberapa jenis penyakit ternak yang sering terjadi di lapangan dan sekaligus upaya penanggulangannya perlu diketahui oleh petugas lapangan/ penyuluh dan peternak di pedesaan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan ternak lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut.
MACAM MACAM PENYAKIT PADA TERNAK RUMINANSIA

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia :
1.   Anthrax atau Radang Limpa, disebabkan oleh Bacillus anthraxis.  Tanda-tanda penyakit ini antara lain : demam yang tinggi, sulit bernafas dan defekasi (buang kotoran), kehilangan nafsu makan, pembengkakan di bawah kulit leher, dada, perut, dan rusuk , keluar darah dari mulut, hidung, dan dubur. Penyakit ini sangat berbahaya dan mudah menular kepada manusia yang dapat menimbulkan kematian mendadak.  Sporanya tahan sampai 50  tahun di dalam tanah dan sering digunakan sebagai bahan pembuatan senjata biologis.
2.   Penyakit Pink Eye.
Pink Eyemerupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan mata. Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal. Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme atau bisa juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber  lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.
3.   Mastitis, disebabkan oleh Streptococcus cocci dan Staphylococcus cocci. Tanda-tanda penyakit ini adalah ambing bengkak dan terasa panas  bila diraba, air susu yang dihasilkan encer atau menggumpal dan kadangkadang bercampur darah atau nanah, bulu kusam dan kasar, nafsu makan menurun, produksi turun bahkan dapat berhenti sama sekali.
4.   Cacingan, disebabkan oleh serangan cacing, diantaranya cacing hati (Faciola hepatica), cacing pita (Taenia saginata atau Taenia solium), Haemonchus contortus yang banyak menyerang domba.  Tanda-tanda penyakit cacingan antara lain: nafsu makan menurun, perut buncit,  lemah, pucat pada selaput lendir mata, dan mencret.
5.   Bloat atau Tympani atau Kembung Perut, disebabkan oleh penimbunan  gas yang berlebihan di dalam rumen.  Tanda-tanda penyakit ini adalah : Perut di sebelah kiri membesar (gembung), pinggang sedikit  membungkuk, nafas pendek-pendek dan cepat.  Bila tidak cepat ditangani dan berlangsung terus dapat menyebabkan kematian.
6.   Septichaemia epizootica (SE) atau Ngorok, disebabkan oleh Pasteurella multocida. Tanda-tanda penyakit ini antara lain : bengkak di bawah rahang dan di daerah tenggorokan, lidah bengkak dan menjulur ke luar, mulut menganga dan berbusa, sulit bernafas, dan yang paling khas adalah suara ngorok yang jelas terdengar.  Penyakit ngorok sering menyerang ternak pada saat kondisi tubuh dalam keadaan lemah.
7.   Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), disebabkan oleh virus. Tanda-tanda penyakit ini antara lain : Demam yang tinggi, kehilangan nafsu makan, terlihat pelepuhan pada gusi dan selaput lendir,  salivasi tinggi (banyak mengeluarkan air liur), terdapat luka di antara kuku sehingga ternak sering terlihat pincang bahkan tidak dapat berjalan sama sekali.
8.   Brucellosis, disebabkan oleh Brucella suis. Tanda-tanda penyakit ini antara lain : terjadi keguguran pada pertengahan kebuntingan, anak yang  lahir biasanya mati atau lahir sangat lemah dan tidak berkembang normal, ambing dan alat kelamin kadang-kadang bengkak, kadang-kadang nafsu makan menurun dan demam ringan namun lebih sering tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut.
9.   Scabies atau Kudis, disebabkan oleh kutu atau tungau dan kebersihan ternak yang kurang terpelihara.  Tanda-tanda penyakit scabies adalah : nafsu makan turun, ternak merasakan gatal-gatal mulai dari bagian kepala, bibir, dan bagian-bagian tubuh yang lain.  Ternak yang terserang sering menggosok-gosokan badannya pada tiang atau dinding kandang. Pada daerah yang gatal muncul bercak-bercak merah, timbul bisul, akhirnya kulit menebal, bersisik, bulu rontok dan timbul keropeng-keropeng.
10. BEF (Bovine epizooric fever, Demam Tiga Hari)
BEF hanya menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan menimbulkan penyakit pada hewan lain. Sapi/ kerbau yang terserang penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2 – 3 hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 % tetapi angka kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yag sedang berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 –5 hari. Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. (serangga penghisap darah) dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 Km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.