Ternak

Rabu, 29 Juli 2015

CIRI CIRI TELUR YANG BAIK UNTUK DITETASKAN


Ciri-ciri telur yang baik untuk ditetaskan dapat dilihat dari berat telur, bentuk, keutuhan, warna kulit maupun kebersuhan telur tersebut.
1.   Berat Telur
Untuk berat telur tergantung dari jenis dari ternaknya, karena berat telur untuk setiap ternak unggas berbeda. Berat telur untuk macam-macam ternak unggas dapat dilihat di: Berat Macam-macam telur unggas. Telur yang terlalu besar, biasanya kuning telurnya ganda dan tidak menetas walaupun dieramkan. Sebaliknya telur yang terlalu kecil, juga kurang menetas dengan baik.
2.   Bentuk Telur
Telur-telur yang bentuknya menyimpang dari keadaan normal, umumnya kurang menetas dengan baik. Telur yang bentuknya normal yaitu telur yang mempunyai perbandingan antara panjang dan lebarnya 2 : 3. Bentuk oval.
3.   Keutuhan Kulit Telur
Telur-telur yag dalam keadaan retak / pecah tetapi isi telur tidak keluar, tidak akan menetas karena bakteri dapat masuk kedalam telur dan merusak telur. Jadi telur yang akan ditetaskan harus dalam keadaan utuh atau tidak retak.
4.   Kualitas Kulit Telur
Telur dengan kulit yang tipis, kulit telur lembek, keadaan perkapuran yang kurang merata, umumnya kurang menetas dengan baik. Tebal kulit telur yang normal berkisar antara 0,33 – 0,35 mm untuk telur ayam.
5.   Warna Kulit Telur
Warna kulit telur sangat berpengaruh terhadap daya tetas telur. Contohnya dari ayam menghasilkan telur yang kulitnya lebih gelap, maka akan menetas lebih baik dari yang berwarna lebih terang.
6.   Kebersihan Kulit Telur
Telur yang sangat kotor sebaiknya tidak ditetaskan, karena telur yang kotor biasanya daya tetasnya rendah. Bisa dibersihkan dengan menggunakan kertas semen (bila kotorannya ringan) atau dibersihkan dengan air hangat (temperatur 55oC) kemudian dikeringkan.
7.   Rongga Udara
Rongga udara terlihat dibagian tumpul dan tidak berpindah-pindah.
8.   Ratio Induk
Ratio Induk untuk setiap ternak unggas berbeda-beda. Untuk ternak bebek/ itik ratio jantan betinanya yaitu 1:10, apabila ada 1 pejantan untuk lebih dari 10 betina maka kurang bagus karena 1 pejantan hanya mampu membuhai betina sekitar 10.
9.   Bau Telur
Terlur yang akan ditetaskan jangan yang sudah berbau busuk karena telur tersebut sudah rusak dan tidak akan menetas bila di tetaskan. Sehingga buanglah telur tersebut, jangan dimakan ya. :D

Selasa, 14 Juli 2015

CARA MEMBEDAKAN ITIK / BEBEK JANTAN DAN BETINA

Untuk cara membedakan anak itik jantan dan betina, tergantung dari keahlian seseorang karena ada berbagai cara untuk melakukannya, misalnya : Dengan membedakan warna bulu, Dengan membedakan suara, Dengan membedakan warna paruh, Dengan cara membuka kloakanya (hand sexing) dan Dengan alat sexing sensor. Tetapi kali ini saya Cuma membahas cara membedakan anak itik jantan dan betina dengan cara membuka kloakanya (hand sexing), cara beng (sifat/ pembawaan) dan voice sexing (suara).
1.   Metode hand sexing
Metode ini merupakan cara menentukan jenis kelamin anak itik dengan melihat anatominya. Anak itik dipegang dengan punggung berada di bawah, ekor terletak diantara jari telunjuk dan ibu jari, sedangkan kepala terletak antara jari kelingking dan kedua jari lainnya. Itu semua dilakukan dengan menggunakan tangan kiri. Selanjutnya kloaka dibuka lebar dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan agak ditekan sedikit, maka alat kelamin akan terlihat dari kloaka. Pada itik jantan akan tampak tonjolan sebesar ujung jarum atau mirip akar yang berwarna cokelat abu-abu. Kloaka itik jantan berwarna agak kuning, sedang yang betina agak merah. Pada anak itik brtina tidak ditemukan tonjolan, kecuali tampak ada dua lubang yang agak sulit dilihat dengan mata telanjang.
CARA MEMBEDAKAN ITIK / BEBEK JANTAN DAN BETINA
Sumber gambar: pustakadunia.com
2.   Metode beng and voice sexing
Metode ini merupakan cara menentukan jenis kelamin anak itik dari sifat/ pembawaan dan suara. Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh peternak itik daerah tegal. Cara ni sangat unik namun mudah dipraktekkan. Setiap peternak pembibit itik yang sudah terampil bisa menentukan kelamin itik tanpa harus memegangnya. Anak itik jantan mempunyai bentuk kepala kasar dan besar. Gerak-geriknya atau temperamennya kurang gelisah, bulu-bulunya lebih kasar dan suaranya besar dan berat. Sedangkan anak itik betina mempunyai bentuk kepala halus dan lebih kecil, suaranya keras dan nyaring, bulu-bulunya lebih halus dan temperamennya tidak tenang serta mudah terkejut.
Sumber: Murtidjo,B. A., 1988. Mengelola Itik. Kanisius. Yogyakarta.

Senin, 13 Juli 2015

ITIK MOJOSARI


Itik mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik ini relatif lebih kecil di banding itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar. Warna kerabang kulit telur biru muda. Postur tubuh itik mojosari mirip itik tegal, tetapi ukuran tubuhnya lebih kecil. Bulu pada betina berwarna cokelat tua kemerahan dengan beberapa variasi, sedangkan pada jantan, bulu pada bagian kepala, leher, dan dada berwama cokelat gelap kehitaman. Bulu dibagian perut berwarna keputihan. Di bagian sayap terdapat bulu suri berwarna hitam mengkilap. Cara membedakan itik mojosari jantan dengan itik mojosari betina, yaitu itik jantan memiliki 1-2 helai bulu ekor yang melengkung ke atas serta warna paruh dan kakinya lebih hitam di bandingkan itik betina.
ITIK MOJOSARI

Itik mojosari adalah itik petelur unggul. Telurnya banyak digemari konsumen. Meskipun postur tubuhnya lebih kecil dibandingkan itik-itik petelur unggul jenis lainnya, itik mojosari mempunyai telur yang berukuran relatif besar. Menurut sebagian konsumen, rasa telurnya lebih enak dan kerabangnya berwama biru kehijauan. Itik ini biasanya dipelihara secara digembalakan tetapi mayoritas dipelihara secara intensif sebagai petelur. Karena berasal dari daerah pegunungan, itik ini tampaknya lebih terbiasa hidup di daerah dataran tinggi. Namun itik ini juga banyak dipelihara, di daerah pesisir di Jawa Timur. Bila digembalakan di areal sawah yang subur, itik mojosari mampu menghasilkan telur rata-rata 130 butir/ekor/tahun. Bila dipelihara secara intensif yaitu dengan sistem dikandangkan, produksi telur dapat meningkat, rata-rata 265 butir/ekor/tahun. Satu kelebihan itik mojosari adalah masa produktifnya lebih lama. Itik bertelur pertama kali pada usia 5 bulan sampai usia 7 bulan, produksi telurnya belum stabil. Kestabilan produksi telur baru tercapai setelah usianya lebih dari 7 bulan. Bila perawatan baik dengan pemberian makanan yang mencukupi dari total jumlah yang di pelihara, sekitar 80 % akan berproduksi. Bobot badan dewasa mencapai 1,7 kg menghasilkan telur dengan bobot masing-masing sekitar 69 gram dan 65 gram.

Sumber:

PALATABILITAS PAKAN PADA TERNAK


Palatabilitas merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat konsumsi pakan, dimana palatabilitas pakan ditentukan oleh rasa, bau dan warna yang merupakan pengaruh faktor fisik dan kimia pakan (Parakkasi,1986). Palatabilitas didefinisikan sebagai respon yang diberikan oleh ternak terhadap pakan yang diberikan dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh ternak ruminansia tetapi juga dilakukan oleh hewan mamalia lainnya terutama dalam memilih pakan yang diberikan (Chruch dan Pond, 1988). Pemberian ransum atau pakan disamping harus memenuhi zat-zat nutrisi yang dibutuhkan dengan jumlah yang tepat, pakan tersebut harus memenuhi syarat-syarat seperti aman untuk dikonsumsi, palatabel ekonomis dan berkadar gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak (Afriyanti, 2002)
PALATABILITAS PAKAN PADA TERNAK

Palatabilitas merupakan hasil keseluruhan dari faktor-faktor yang menentukan apakah dan sampai dimana suatau pakan menarik bagi ternak. Faktor-faktor tersebut adalah bau, rasa, bentuk dan temperatur pakan (Lawrence, 1990). Pond et al. (1995) mendefinisikan palatabilitas sebagai daya tarik suatu pakan atau bahan pakan untuk menimbulkan selera makan dan langsung dimakan oleh ternak. Palatabilitas biasanya diukur dengan cara memberikan dua atau lebih pakan kepada ternak sehingga ternak dapat memilih dan memakan pakan mana yang lebih disukai. Palatabilitas ransum merupakan faktor penting dalam sistem cafeteria feeding. Palatabilitas dapat diuji dengan cafeteria feeding yaitu dengan cara memberi kesempatan pada ternak untuk memilih sendiri makanan atau bahan ransum yang ada untuk dikonsumsi lebih banyak, agar kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi (Patrick dan Schaible, 1980). Bahan ransum yang mempunyai palatabilitas tinggi akan dikonsumsi lebih banyak (Ewing,1963). Penentuan tingkat palatabilitas ini dinyatakan dalam jumlah konsumsi total bahan kering per hari oleh suatu ternak (Apriati, 1989).

Sumber :
Skripsinya Widiarti, W. 2008. Uji Sifat Fisik Dan Palatabilitas Ransum Komplit Wafer Pucuk Dan Ampas Tebu Untuk Pedet Sapi Fries Holland.
Dan dari Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta: UI-Press

Rabu, 01 Juli 2015

KARAKTERISTIK KAMBING KACANG

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas di wilayah indonesia. Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya adalah 1.57 ekor (Setiadi, 2003). kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm  dan 52,00 ± 7,38 cm (Setiadi et al., 1997). Rata-rata bobot lahir sekitar 3,2 kg. Kambing kacang jantan muda mencapai dewasa kelamin mulai umur 20-23 minggu. Kambing betina mulai dewasa kelamin saat umur sekitar 300 hari (Sarwono, 2008). Kambing ini memiliki tanduk baik jantan maupun betina. Tanduknya berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Bulu pendek berwarna tunggal (putih, hitam, dan cokelat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut.
KARAKTERISTIK KAMBING KACANG
Sumber gambar: jualansapi.com
Kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran. Kambing Kacang sangat cocok untuk penghasil daging karena sangat prolifik (sering melahirkan anak kembar dua). Terkadang dalam satu kelahiran menghasilkan keturunan kembar tiga setiap induknya. Kambing kacang berkembang biak sepanjang tahun. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat, nilai persentase karkas kambing kacang berkisar 43-44%.

Sumber:
Sarwono, B., 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi, B., D. Priyanto dan M. Martawijaya. 1997. Komparatif Morfologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Setiadi, B. 2003. Alternatif konsep pembibitan dan Pengembangan Usaha Ternak Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan Propek Agribisnis Peternakan", 9 September 2003 di Bengkulu.