Ternak

Jumat, 01 Mei 2015

Mengenal Kambing Saburai, Komoditas Unggulan dari Tanggamus

Kambing saburai adalah kambing hasil persilangan antara Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Boer. Kambing ini lahir melalui metode inseminasi buatan pada tahun 2001 oleh inseminator bernama Masro Haryono yang dilakukan di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus Lampung. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kambing Saburai sangat baik untuk dikembangkan

Iklim di Kabupaten Tanggamus cocok untuk pengembangan komoditas ternak kambing Saburai.
Kabupaten ini dijadikan sentra Boerawa karena wilayahnya cocok. Dengan iklim yang sejuk, Tanggamus menyediakan pakan yang melimpah buat ternak. Mulai dari daun-daunan, rumput, hingga limbah kulit kakao. Mudah perawatan dan ketersediaan pakan itulah yang merangsang peternak makin bersemangat mengembangkan Boerawa
sosoknya besar, memiliki tingkat produksi dan kualitas daging baik.
Akhir-akhir ini kambing saburai sangat diminati petani peternak Lampung lantaran memiliki beberapa kelebihan. Selain sosoknya lebih besar, juga memiliki tingkat produksi dan kualitas daging yang lebih baik. Tingkat pertumbuhannya pun lebih cepat, sementara pemeliharaan dan perawatannya tak jauh berbeda dengan kambing lokal. Kambing saburai memang diarahkan untuk diambil dagingnya. Ini salahsatu alasan mengapa disilangkan antara PE dengan boer. Dilihat dari sosoknya kambing PE tinggi tetapi dagingnya sedikit. Pada awalnya memang, PE lebih diarahkan untuk diambil susunya. Sedangkan boer, gemuk dan pendek. Setelah disilangkan hasilnya seperti yang diharapkan yakni kambing saburai dengan performa tinggi dan gemuk. Saat lahir berat rata-rata saburai 2,5 - 3,5 kg. Sedangkan kambing kacang 1,6 - 2,0 kg dan PE 2,4 - 2,6 kg ; berat sapih saburai 14 - 20 kg, kambing kacang hanya 7 - 8 kg, dan PE 9 - 11 kg. Perbedaannya kian terlihat saat berumur 6 - 7 bulan. Berat saburai mencapai 30 - 35 kg, kambing kacang 10 - 12 kg, dan PE 15 - 20 kg. Setelah 1 tahun, saburai bisa mencapai 50 - 60 kg, kambing kacang 24 - 27 kg, dan kambing PE 40 - 60 kg
Pemerintah Lampung yang mendukung dijadikannya Lampung sebagai lumbung ternak guna pencapaian swasembada daging dengan teknologi pengolahan pakan.
Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Lampung mengembangkan teknologi pembuatan pakan ternak untuk mengantisipasi kekurangan pada musim kemarau. Kepala Bidang Produksi Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, drh Arsyad, mengatakan, di Kecamatan Tanjungsari, teknologi tersebut adalah pembuatan pakan ternak dengan proses fermentasi dari jerami atau limbah kulit kakao.
Lebih menguntungkan dan harga jual tinggi
Kambing peranakan yang diberi nama Saburai itu tercatat memberikan keuntungan bagi petani. Kandungan daging yang lebih banyak menyebabkan harga per ekor kambing Saburai lebih tinggi dari kambing jenis PE. Pada usia 8 - 10 bulan, bobot kambing Saburai sudah mencapai 4550 kiloghram dengan nilai jual Rp 1 juta. Sedangkan pada usia dan bobot yang sama, harga kambing PE tercatat lebih murah separuhnya. Keunggulan ini jelas menguntungkan petani,
Selain alasan diatas ada informasi mengenai kambing Saburai yang akan dijadikan sebagai rumpun ternak unggulan nasional yang diajukan Disnakkeswan kabupaten Tanggamus. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kabupaten Tanggamus mengusulkan kambing Saburai menjadi salah satu rumpun ternak unggulan nasional. Kabid Bina Produksi Peternakan Disnakkeswan Tanggamus Iyen Mulyani mendampingi Kepala Disnakeswan Tanggamus Ir. Sofwan mengatakan, saat ini Disnakkeswan sedang melengkapi persyaratan teknis dan administrasi pengajuan kambing saburai sebagai rumpun ternak unggulan ke Kementerian Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar